Senin, 27 Desember 2010

cerpen

SEBUAH PERENUNGAN TUK PARA AKHWAT
Saturday, June 16th, 2007
Kriiiing, kriiing, kriiing, pak pos lewat tepat didepan sekumpulan akhwat yg sedang LIQO’ (ngaji), tiba-tiba pak pos menghampiri mereka

“assalamu’alaikum”

“waa’alaikumussalam”

“afwan, ukhti…ini ada surat untuk mujahidah” kata pak pos

“Ooooh…syukron pak”

“ya..afwan” jawab pak pos singkat, sesingkat beliau mampir ketempat itu

“assalamu’alaikum” pamit pak pos

“wa’alaikumsalam” jawab jilbaber serempak tak sabaran mereka pun membuka surat yg baru saja diterimanya. Bereweeeek, sebuah amplop berwarna pink disobek, lalu seorang murobbiyah pun membacanya, dan mutarobbiyah khusya mendengarkannya.



“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” seuntai kata dari surat itu mulai dibaca.

“wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh” jawab jilbaber lagi-lagi kompak.

“ukhti…yang dinantikan syurga” satu persatu murobbiyah mulai mengalirkan kata-kata surat yang di bacanya.



Ukhti… besarnya kerudungmu tidak menjamin sama dengan besarnya semangat jihadmu menuju ridho tuhanmu, mungkinkah besarnya kerudungmu hanya digunakan sebagai fashion atau gaya jaman sekarang, atau mungkin kerudung besarmu hanya dijadikan alat perangkap busuk supaya mendapatkan ikhwan yang diidamkan bahkan bisa jadi kerudung besarmu hanya akan dijadsikan identitasmu saja, supaya bisa mendapat gelar akhwat dan dikagumi oleh banyak ikhwan.



Ukhti…tertutupnya tubuh mu tidak menjamin bisa menutupi aib saudaramu, keluarhamu, bahkan diri antum sendiri. Coba perhatikan sekejap saja, apakah aib saudara mu, teman dekatmu bahkan keluargamu sendiri sudah tertutupi, bukankah kebiasaan buruk seorang perempuan selalu terulang dengan tanpa disadari melalui ocehan-ocehan kecil, sudah membekas semua aib keluargamu, aib saudaramu, bahkan aib teman dekatmu melalui lisan manismu.



Ukhti…lembutnya suaramu mungkin selembut sutra bahkan lebih daripada itu, tapi akankah kelembutan suara antum sama dengan lembutnya kasihmu pada saudaramu, pada anak-anak jalanan, pada fakir miskin dan pada semua orang yang menginginkan kelembutan dan kasih sayang mu.



Ukhti…lemnutnya parasmu tak menjamin selembut hatimu, akankah hatimu selembut salju yang mudah meleleh dan mudah terketuk ketika melihat segerombolan anak-anak Paletina terlihat gigih berjuang dengan berani menaruhkan jiwa dan raga bahkan nyawa sekalipun dengan tetes darah terakhir, akankah selembut itu hatimu ataukah sebaliknya hatimu sekeras batu yang ogah dan cuek melihat ketertindasan orang lain.
   khti…Rajinnya tilawahmu tak menjamin serajin dengan sholat malammu, mungkinkah malam-malammu di lewati rasa rindu menuju Tuhanmu dengan bangun ditengah malam dan di temani dengan butiran-butiran air mata yang jatuh ke tempat sujudmu derta lantunan tilawah yang tak henti-hetinya berucap membuat setan terbirit-birit lari ketakutan, atau sebaliknya, malammu selalu diselimuti dengan tebalnya selimut setan dan di nina bobokan dengan mimpi-mimpi jorokmu bahkan lupa kapan bangun sholat shubuh.
  Ukhti…cerdasnya dirimu tak menjamin bisa mencerdaskan sesama saudaramu dan keluargamu, mungkinkah temanmu bisa ikut bergembira menikmati ilmu-ilmunya seperti yang antum dapatkan, ataukah antum tidak peduli sama sekali akan kecerdasan temanmu, saudaramu, bahkan keluargamu, sehingga membiarkannya begitu saja sampai mereka jatuh kedalam lubang yang sangat mengerikan yaitu maksiat.
  Ukhti…tajamnya tatapanmu yang menusuk hati, menggoda jiwa tidak menjami sama dengan tajamnya kepekaan dirimu terhadap warga sesamamu yang tertindas dipalestina, pernahkah antum menangis ketika mujahid-mijahidah kecil tertembak mati, atau dengan cuek bebek membiarkan begitu saja, pernahkah antum merasakan bagaimana rasanya berjihad yang di lakukan oleh para mujahidah-mijahidah teladan.
 Ukhti…lirikan matamu yang menggetarkan jiwa tidak menjamin dapat menggetarkan hati saudaramu yang senang bermaksiat, coba antum perhatikan dunia sekelilingmu masih banyak teman, saudara bahakan keluarga antum sendiri belum merasakan manisnya islam dan iman, mereka belum merasakan apa yang antum rasakan, bisa jadi salah satu keluargamu masih gemar bermaksiat, berpakaian seksi dan berperilaku binatang yang tak karuan, sanggupkah antum menggetarkan hati-hati mereka supaya mereka bisa merasakan sama dengan apa yang kamu rasakan yaitu betapa lezatnya hidup dalam kemulyaan Islam.
  Ukhti…tebalnya kerudungmu tidak menjamin setebal imanmu pada sang kholikmu, antum adalah salah satu sasaran setan durjana yang selalu mengintai dari semua penjuru mulai dari depan, belakang, atas, bawah semua setan mengintaimu, imanmu dalam bahaya, hatimu dala ancaman, tidak lama lagi imanmu akan terobrak abrik oleh tipuan setan jika imanmu tidak betul-betul dijaga olehmu, banyak cara yang harus antum lakukan mulai dari diri sendiri, dari yang paling kecil dan seharusnya dilakukan sejak dari sekarang, kapan lagi coba?
Ukhti…putihnya kulitmu tidak menjamin seputih hatimu terhadap saudaramu, temanmu bahkan keluarga mu sendiri, masihkah hatimu terpelihara dari berbagai penyakit yang merugikan sepeti riya dan sombong, pernahkah antum membanggakan diri ketika kesuksesan dakwah telah diraih dan merasa diri paling wah merasa diri paling aktif, bahkan merasa diri paling cerdas diatas rata-rata akhwat yang lain, sesombong itukah hatimu, lalu dimanakah beningnya hatimu, dan putihnya cintamu.Ukhti…rutinnya halaqahmu tidak menjamin serutin puasa sunnah senin kamis yang antum laksanakan, kejujuran hati tidak bisa dibohongi, kadang semangat fisik begitu bergelora untuk dilaksanakan tapi semangat ruhani tanpa disadari turun drastis, puasa yaumul bith pun terlupakan apalagi puasa senin kamis yang dirasakan terlalu sering dalam sepekan, separah itukah hati antum, makanan fisik yang antum fikirkan dan ternyata ruhiyah pun butuh makanan, kita tidak pernah memikirkan bagaimana akibatnya kalau ruhiyah kurang giziUkhti…manisnya senyummu tak menjamin semanis rasa kasihmu terhadap sesamamu, kadang sikap ketusmu terlalu banyak mengecewakan orang sepanjang jalan antum lewati, sikap ramahmu pada orang yang ssering antum temui sangat jarang terlihat, bahkan selalu dan selalu terlihat cuex dan menyebalkan, kalau itu kenyataannya bagaimana orang lain akan simpati terhadap komunitas dakwah yang memerlukan banyak kader, ingat!!! Dakwah tidak memerlukan antum tapi antumlah yang memerlukan dakwah, kita semua memerlukan dakwah.Ukhti…dirimu bagaikan kuntum bunga yang mulai merekah dan mewangi, akankah nama harummu di sia-siakan begitu saja dan atau sanggupkah antum ketika sang mujahid akan segera menghampirimu.Ukhti…masih ingatkah antum terhadap pepatah yang masih terngiang sampai saat ini bahwa akhwat yang baik hanya untuk ikhwan yang baik, jadi siap-siaplah sang syuhada akan menjemputmu di pelaminan hijaumuUkhti…baik buruk parasmu bukanlah satu-satunya jaminan akan sukses masuk dalam syurga rabbmu. Maka, tidak usah berbangga diri dengan parasmu yang molek, tapi berbanggalah ketika iman dan taqwamu sudah betul-betul terasa dan terbukti dalam hidup sehari-harimuUkhti…muhasabah yang antum lakukan masihkah terlihat rutin dengan menghitung-hitung kejelekan dan kebusukan kelakuan antum yang di lakukan siang hari, atau bahkan kata muhasabah itu sudah tidak terlintas lagi dalam hatimu, sungguh lupa dan sirna tidak ingat sedikitpun apa yang harus di lakukan sebelumtidur, antum tidur mendengkur bagitu saja dan tidak pernah kenal apa itu muhasabah sampai kapan akhlak busukmu di lupakan, kenapa muhasabah tidak di jadikan sebagai moment untuk perbaikan diri bukankah akhwat yang hanya akan mendapatkan ikhhwah yang baik
 Ukhti…pernahkah antum bercita-cita mendapatkan suami ikhwan yang ideal, wajah yang manis, badan yang kekar, dengan langkah tegap dan pasti, bukankah apa yang antum pikirkan sama dengan yang ikhwan pikirkan yaitu ingin mencari istri yang sholehah dan seorang mujahidah, kenapa tidak dari sekarang antum mempersiapkan diri menjadi seorang mujahidah yang sholehahUkhti…apalah kebiasaan buruk wanita lain masih ada dan hinggap dalam diri antum, seperti bersikap pemalas dan tak punya tujuan atau lama-lama nonton tv yang tidak karuan dan hanya kan mengeraskan hati sampai lupa waktu, lupa bantu orang tua, kapan akan menjadi anak yang biruwalidain, kalau memang itu terjadi jadi sampai kapan, mulai kapan antum akan mendapat gelar mujahidah atau akhwat solehahUkhti…apakah pandanganmu sudah terpelihara, atau pura-pura nunduk ketika melihat seorang ikhwan dan terlepas dari itu mata mu kembali jelalatan layaknya mata harimau mencari mangsa, atau tundukan pandanganmu hanya menjadi alasan belaka karena merasa berkerudung besar..Ukhti…hatimu di jendela dunia, dirimu menjadi pusat perhatian semua orang, sanggupkah antum menjaga izzah yang anum punya, arau sebaliknya antum bersikap acuh tak acuh terhadap penilaian orang lain dan hal itu akan merusak citra dakwah yang lain,kadang orang lain akan mempunyai persepsi disama ratakan antara akhwat yang satu dengan yang lain, jadi kalo antum membuat kebobrokan akhlak maka akan merusak citra akhwat yang lain
Ukhti…dirimu menjadi dambaan semua orang, karena yakinlah preman sekalipun, bahkan brandal sekalipun tidak menginginkan istri yang akhlaknya bobrok tapi semua orang menginginkan istri yang sholehah, siapkah antum menjadi istri yang sholehah yang selalu di damba-dambakan oleh semua orang”Selesai membaca, tak terasa murobbiyah dan mutarobbiyah pun mengeluarkan butiran-butiran air mata, mereka menangis, meratapi dan muhasabah bersama dalam liqo’atnya….
  Nb:Afwan buat yang kurang berkenan^_^ ini semua hanya dalam rangka saling mengingatkan saja…

2 komentar:

  1. ibuuukkk...menyentuh sekali...
    balik kunjungi ya: http://sangpejalan2006.wordpress.com/

    blog ini aida link ya... :)
    salam kangen

    ^_^

    Yulmaida Al Manthani

    BalasHapus